Senin, 24 Januari 2011

makalah pengecoh yang baik dalam pilihan ganda



KATA PENGANTAR


Namo Sangyang Adi Buddhaya
Namo Buddhaya

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Sang Triratna serta para Bodhisatva Mahasatva atas perlindungan dan pancaran cinta kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tentang makalah  yang bertemakan pengecoh yang baik dalam pilihan ganda. Penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata kuliah  evalusi yang diampuh oleh Tupari S.Ag.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfat bagi semua pihak.

Saddhu..... Saddhu......Saddhu.....




Bandar Lampung 25 Oktober 2010
 
penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu kegiatan yang penting dalam pendidikan adalah mengadakan evaluasi dengan seksama. Evaluasi dilakukan untuk seleksi, diagnotik, penepatan, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu progam. Evaluasi dapat dilakukan dengan instrument-instrument atau alat-alat ukur misalnya soal objektif yakni soal esai dan soal subjektif yakni pilihan ganda biasa, kompleks, pilihan ganda hubungan antara hal, menjodohkan dan lain-lain.
Soal pilihan ganda (multiple choice questions) dapat digunakan untuk mengukur outcome pengetahuan dan berbagai jenis outcome pembelajaran lain. Pilihan Ganda (PG) secara luas  digunakan untuk mengukur outcome dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.Bentuk soal pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci  jawaban  ialah jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan testee terkecoh untuk memilihnya apabila testee tidak menguasai bahan/materi pelajaran dengan baik. Soal Pilihan Ganda memiliki reputasi sebagai perangkat penilaian yang ‘mudah’. Terdapat  miskonsepsi bahwa pilihan ganda hanya menguji kemahiran menghapal, bukan pada pemahaman, aplikasi atau keahlian mengekspresikan pikiran  yang harusnya dapat siswa tunjukkan. Yang  sesunggunya, pilihan ganda dapat menilai pemahaman dan aplikasi dengan cara yang lebih menantang sehingga dapat dapat menguji banyak outcome pembelajaran yang sudah ditargetkan dalam satu modul atau perencanaan pembelajaran. Pilihan ganda  menjadi strategi penilaian  yang valid.
B.     Rumusan Masalah
a.       Bagaimana  distraktor dapat berfungsi dengan baik dalam setiap pilihan jawaban dalam soal pilihan ganda?
b.      Bagaimanakah efektifitas didaktor dapat bekerja dengan baik ?
c.        Bagaimana cara penyusunan soal pilihan ganda yang baik?

C.     Tujuan
Penulis menyusun makalah ini memiliki tujuan yaitu:
1.      Agar mahasiswa dapat mengetahui secara jelas dalam tahap pembuatan soal pilihan ganda dengan menggunakan Distraktor
2.      Agar dapat dijadikan bahan tambahan bagi mahasiswa yang membutuhkannya
3.      Dapat mengetahui cara – cara pembuatan soal pilihan ganda dengan menggunakan pengecoh

D.    Manfaaat
1.      Memberikan gambaran tentang tahap dan cara pembuatan soal pilihan ganda
2.      Menambah bahan pustakaan  STIAB JINATAKKHITA
3.      Memberikan gambaran dan penambahan wawasan tentang evaluasi pembelajaran  yang didalamnya terdapat banyak metode yang digunakan  dalam  proses pembelajaran






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Penilaian
Penilaian dalam bidang pengajaran dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Tuckman (1975:12)  Mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui/menguji apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Pengertian evaluasi berkaitan erat dengan pengertian pengukuran (measurement) Penilaian merupakan salah satu komponen dalam kegiatan pembelajaran di samping komponen lainnya seperti kurikulum dan proses pembelajaran. Kegiatan penilaian mempunyai peranan yang amat starategis dalam mendapatkan informasi tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Melalui penilaian dapat diketahui sampai dimana efektifitas pengalaman belajar, metode mengajar dan tekhnik mengajar yang dilaksanakan oleh guru. Menurut Winkel (1989), evaluasi berfungsi antara lain untuk penentuan mutu prestasi siswa. Selanjutnya Sudjana (1991), mengemukakan bahwa penilaian merupakan suatu kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai oleh siswa. Seiring dengan itu Ground Lund (1991/92), memandang evaluasi sebagai proses sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis serta menafsirkan informasi guna menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, data atau informasi itu diperoleh melalui serangkaian kegiatan yang terjadi dalam pembelajaran itu sendiri, seperti apa yang dilakukan guru, apa yang terjadi dikelas serta apa yang dilakukan dan diperoleh siswa.
Salah satu alat penilaian yang digunakan dalam pembelajaran adalah tes dalam bentuk pilihan ganda. Untuk menghasilkan tes yang berkualitas perlu dilakukan perencanaan yang matang. Menurut Yusuf (1990), tahap-tahap pengembangan tes yaitu, ”(1) perencanaan, (2) penulisan butir soal, (3) revisi butir soal, (4) perbanyak soal, (5) analisis butir soal”. Menurut Kumaidi (1998), prosedur penting dalam pengembangan tes adalah“ Pengembangan rancangan kisi-kisi tes dan uji coba butir soal”. Selanjutnya dikemukakan pula pengembangan naskah ujian yang tidak melakukan kedua hal tersebut, akan berakibat kualitas butir soal kurang memenuhi persyaratan pengujian, sehingga hasil pengujian tidak akan menggambarkan kemampuan dan prestasi siswa yang sesungguhnya, apalagi untuk mendapatkan kualitas butir soal yang ditentukan berdasarkan tiga karakteristik, yaitu (1) tingkat kesukaran soal, (2) daya pembeda soal, dan (3) berfungsi tidaknya pilihan.
Bentuk soal pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang benar atau paling benar.
Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan testee terkecoh untuk memilihnya apabila testee tidak menguasai bahan/materi pelajaran dengan baik. Semua jenis penilaian memiliki kelemahan. Yang penting adalah menentukan bagaimana soal pilihan ganda dapat memainkan perannya sebagai strategi penilaian secara keseluruhan dengan menguji hasil pembelajaran yang ditargetkan (output).
Soal pilihan ganda dengan empat atau lima pilihan menunjukkan satu dari empat atau lima  kesempatan ’menebak’ adalah jawaban yang tepat. Strategi  ini merupakan kelemahan. Namun tetap tidak lebih buruk daripada siswa mengadopsi pendekatan ‘agar siswa menuliskan semua yang diketahui’ atas pertanyaaan yang diajukan dengan harapan bahwa mereka  akan mendapatkan nilai dari poin-poin yang benar diantaranya sejumlah besar jawaban yang tidak relevan yang telah dituliskannya.
Namun demikian ‘penghargaan’ terhadap terkaan (sering disebut lucky monkey syndrome) memang merupakan masalah yang belum ada cara pemecahan yang pasti. Tetapi,  salah satu solusinya adalah penggunaan skor negatif dapat membatasi siswa agar  tidak menyamakan pilihan ganda dengan pilihan tebak-tebakan. Dalam banyak kasus, soal yang didesain dengan  hati-hati sehingga menjadi soal yang menantang dan menumbukan  tingkat kepuasan yang tinggi karena  menunjukkan keberhasilan mencapai yang ditargetkan,  dapat mengurangi efek dari masalah penskoran yang dikhawatirkan. Dan soal pilihan ganda  yang tepat dapat digunakan  untuk  membedakan  mana  siswa yang pembelajar yang dangkal (surface learner) dan pembelajar yang mendalam (deeper learner). Atas dasar berbagai pertimbangan itu, maka merumuskan soal pilihan ganda membutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan siswa, namun lebih jauh lagi  mengukur kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan menerapkan. Memvariasikan pikiran siswa dengan memberikan contoh tipe soal adalah cara terbaik untuk mendorong siswa mengadopsi metode pembelajaran yang tepat.
B.     Tujuan penilaian
Ada beberapa tujuan dan atau fungsi penilaian dalam pengajaran di sekolah:
a.       Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Untuk memberikan objektivitas pengamatan kita terhadap perilaku hasil belajar siswa.
c.       Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang/topik tertentu.
d.      Untuk menentukan kelayakan siswa, misalnya naik kelas, lulus.

C.    Pengertian Distraktor
Distraktor adalah suatu pola yang menggambarkan bagaimana peserta tes menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir item. Pengecoh (distractor),
bertujuan untuk mengecoh mereka yang kurang mampu (tidak tahu) untuk dibedakan dengan yang mampu (lebih tahu).


Contoh:
Pertanyaan/ pernyataan (item)                  1. ..................................................
                                                A.                               = Kunci jawaban
                                                B.
Alternative (option)                C.                                
                                                D.                               = Distraktor (pengecoh)
                                                E.
Distraktor sudah berfungsi dengan baik jika sudah dipilih oleh lebih dari 5% pengikut tes (p > 5%) dan jika kurang atau sama dengan 5% (p ≤ 5%) berarti distraktor tidak berfungsi dengan baik.
Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item soal pada contoh di atas agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih merupakan jawaban yang betul. Dengan kata lain, distraktor baru dapat dikatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut telah memiliki daya rangsang yang tinggi sehingga testee (khususnya yang masuk dalam kategori kemampuannya rendah) merasa bimbang, dan ragu sehingga akhirnya mereka terkecoh untuk memilih distraktor sebagai jawaban yang betul, sebab mereka mengira yang mereka pilih itu adalah kunci jawaban item, padahal bukan.
D.    Efektifitas Distraktor
Tes merupakan salah satu cara paling mudah dan murah yang bisa dilakukan untuk memotret kemajuan belajar siswa dalam ranah kognitif.Kualitas sebuah perangkat tes dapat dilihat dengan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang dilakukan sebelum tes diberikan kepada peserta tes dengan melihat kesesuaiannya dengan aspek materi, konstruksi dan bahasa, sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan teknik teori tes klasik dan teori respon butir. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pengantar tentang analisis butir soal berdasarkan teori tes klasik. Teori tes klasik sendiri merupakan teknik analisis butir yang paling tua. Meskipun memiliki beberapa kelemahan dibandingkan teori respon butir, teori tes klasik tetap merupakan salah satu teknik analisis butir yang paling mudah dilakukan. Kelemahan utama teori tes klasik sebagaimana diungkapkan Sumadi Suryabrata adalah keterikatan alat ukur teori tersebut pada sampel (sample bound).
Tes pilihan ganda memiliki satu pertanyaan serta beberapa pilihan jawaban. Di antara pilihan jawaban yang ada, hanya satu yang benar. Selain jawaban yang benar tersebut, adalah jawaban yang salah. Jawaban yang salah itulah yang dikenal dengan distractor (pengecoh).
Dengan demikian  Efektifitas distraktor adalah seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distraktor tersebut, maka distaktor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Cara menganalisis fungsi distraktor dapat dilakukan dengan menganalisis pola penyebaran jawaban butir. Pola penyebaran jawaban sebagaimana dikatakan Sudijono adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana peserta tes dapat menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir.
Menurut Fernandes (1984: 29) distraktor dikatakan baik jika dipilih oleh minimal 2% dari seluruh peserta. Distraktor yang tidak memenuhi kriteria tersebut sebaiknya diganti dengan distraktor lain yang mungkin lebih menarik minat peserta tes untuk memilihnya. Meskipun penggunaan teori tes klasik relatif mudah dalam menganalisis butir, tapi teori ini memiliki beberapa kelemahan mendasar. Kemampuan kelompok siswa yang mengikuti tes sangat mempengaruhi nilai statistik. sehingga nilai statistiknya akan berbeda jika tes diberikan kepada kelompok yang lain. Selain itu, perkiraan kemampuan peserta tergantung pada butir soal. Jika indeks kesukaran rendah maka estimasi kemampuan seseorang akan tinggi dan sebaliknya. Perkiraan kesalahan pengukuran tidak mencakup perorangan tetapi kelompok secara bersama-sama. Dalam proses pembelajaran hal-hal tersebut akan menimbulkan berbagai macam kesukaran terutama untuk melihat kemampuan peserta tes secara perorangan. Oleh karena itulah ada upaya untuk membebaskan alat ukur dari keterikatan terhadap sampel (sample-free). Kemampuan kelompok siswa yang mengikuti tes sangat mempengaruhi nilai statistik. sehingga nilai statistiknya akan berbeda jika tes diberikan kepada kelompok yang lain. Selain itu, perkiraan kemampuan peserta tergantung pada butir soal. Jika indeks kesukaran rendah maka estimasi kemampuan seseorang akan tinggi dan sebaliknya.
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu: menganalisis pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud dengan pola penyebaran jawaban item adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabnya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap butir item. Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisaan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang sudah dapat menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tes-tes yang akan datang, sedangkan distraktor yang belum dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti dengan distraktor yang lain. Pengecoh (distractor) berfungsi bila semua alternatif jawaban yang bukan kunci dipilih dari 5 % peserta ujian. Makin kecil tingkat penerkaan, maka makin baik butir soal tersebut. Pengecoh dapat diterima karena sudah baik, ditolak karena tidak baik, dan ditulis kembali karena kurang baik. Kekurangannya itu dapat terletak pada rumusan kalimat.
Sebuah distractor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila dipilih lebih dari 5 % pengikut tes. Analisis tingkat penerkaan soal tes akan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel : Taraf Penerkaan Soal :
No
Pilihan dipilih > 5%
Jumlah
Prosentase (%)
1
2
3
4
5
Empat pilihan
Tiga pilihan
Dua pilihan
Satu pilihan
Nol pilihan
17
16
13
3
1
34 %
32 %
26 %
6 %
2 %

Jumlah
50
100 %
Tabel di atas menggambarkan seberapa tertariknya siswa untuk setiap pilihan. Dari 50 soal 34 % diantaranya semua pilihan berfungsi dengan baik, yaitu yang dipilih lebih dari 50 % siswa. Sedangkan 32 % lainnya hanya 3 pilihan yang diminati oleh siswa. Selanjutnya 26 % dari soal tersebut hanya 2 pilihan yang diminati oleh siswa. Sedangkan 3 butir soal (6 %) hanya satu pilihan yang diminati siswa secara baik. Sisanya satu butir (2 %) tidak satupun pilihan yang diminati siswa. Untuk soal nomor 1, pilihan A dan D tidak berfungsi dengan baik, soal nomor 2 dan 3 pilihan D tidak diminati siswa. Soal nomor 4 pilihan B dan C tidak berfungsi, soal nomor 5 pilihan A tidak berfungsi. Soal nomor 8 dan 9 pilihan D tidak berfungsi, nomor 16 dan 17 pilihan A tidak berfungsi. Nomor 21 pilihan B tidak berfungsi, nomor 22 pilihan C dan D tidak berfungsi. Nomor 24 pilihan C tidak berfungsi, nomor 26 pilihan B tidak berfungsi, nomor 27 pilihan D tidak berfungsi, nomor 35 pilihan A tidak berfungsi. Nomor 42 B tidak berfungsi, nomor 46 B dan D tidak berfungsi, selanjutnya nomor 47 pilihan B juga tidak berfungsi.
Dari 50 butir soal hanya 17 butir (34%) yang berfungsi keempat pilihan (A, B, C, D) dengan baik. Soal itu adalah nomor 19, 25, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 41, 43, 44, 45, 49, dan 50. Selanjutnya 16 butir soal (32 %) hanya 3 pilihan yang diminati siswa. Soal-soal itu ialah nomor 2, 3, 6, 8, 12, 13, 16, 17, 20, 23, 30, 35, 38, 39, 42, dan 48. Berikutnya sebanyak 13 butir soal      (26 % ) hanya dua pilihan yang diminati siswa. Soal-soal itu adalah 1, 4, 5, 9, 10, 11, 14, 15, 22, 24, 26, 40 dan 46. Selain itu 3 butir soal (6 %) hanya satu pilihan yang diminati siswa yaitu nomor 18, 21, dan 47. Sisanya 1 butir soal (2%) tidak satupun alternatif pilihan yang diminati oleh siswa yaitu soal nomor 7.
Berfungsi tidaknya pengecoh (distractor) banyak ditentukan oleh cara penyusunan suatu tes, tes pilihan yang disusun tanpa memperhatikan homogen tidaknya alternatif pilihan berpeluang untuk tidak berfungsi distraktor. Alternatif tersebut dapat ditebak tanpa dipikirkan atau tanpa belajar sama sekali. Demikian juga halnya bila kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan memberi petunjuk untuk jawaban yang benar. Panjang pendeknya alternatif pilihan dapat memberi petunjuk kearah kunci jawaban. Alternatif jawaban yang cendrung panjang, cendrung merupakan petunjuk jawaban yang benar. Begitu juga alternatif pilihan yang berbunyi ”semua benar ” merupakan petunjuk jawaban yang benar.
Suatu pengecoh dapat dipertahankan apabila memenuhi syarat-syarat: (1) kunci jawaban (keyed answer) harus dipilih lebih banyak oleh kelompok atas daripada kelompok bawah; (2) setiap penggagal (foils) harus dipilih minimal 2 persen dari keseluruhan peserta tes dan dipilih minimal 5 persen kelompok bawah, (3) Indeks daya beda kunci jawaban harus positif dan indeks daya beda penggagal harus negatif (Crocker, 1986).
E.     Menyusun soal pilihan ganda dengan baik
Ada beberapa cara penyusunan soal pilihan ganda yang baik dan mudah untuk diberikan kepada peserta didik dengan menerapkan beberapa hal sebagai berikut :


a.       Isi/Materi
1)      Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya, soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator.
2)      Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi, dalam artian bahwa semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi dengan baik.
3)      Soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. Jika terdapat beberapa pilihan jawaban yang benar, maka kunci jawabannya adalah pilihan jawaban yang paling benar.
b.      Konstruksi
1)      Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya kemampuan/materi yang hendak diukur/ditanyakan jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penyusun, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor
2)      Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan tersebut dihilangkan saja.
3)      Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah pilihan jawaban yang benar.
4)      Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Usahakan pada pokok soal jangan terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit testee dalam memahami maksud soal. Akan tetapi dalam hal lain penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan terutama dalam mengukur keterampilan bahasa, disini yang ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5)      Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini perlu diperhatikan karena adanya kecenderungan siswa untuk memilih jawaban yang paling panjang, karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
6)      Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Karena dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu, disebabkan pernyataan ini hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya.
7)      Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari nilai angka yang paling kecil ke nilai angka yang paling besar atau sebaliknya. Pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan siswa melihat dan memahami pilihan jawaban.
8)      Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh siswa.
c.       Bahasa  atau budaya
1)      Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah dalam bahasa Indonesia dalam penulisan soal harus meliputi, pemakaian kalimat (unsure subjek, unsure predikat dan anak kalimat), pemakaian kata ( pilihan kata dan pemakaian kata), pemakaian ejaan ( penulisan huruf dan penggunaan tanda baca)
2)      Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga soal mudah dimengerti oleh peserta didik
3)      Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau fraseyang bukan merupakan satu kesatuan pengertian letak kata dalam soal pilihan ganda




















Bab III
PENUTUP
A.    Simpulan
Sesuai dengan pembahasan diatas penyusun dapat menyipulkan bahwa Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Distraktor  baru dapat dikatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor tersebut telah memiliki daya rangsang yang tinggi sehingga testee (khususnya yang masuk dalam kategori kemampuannya rendah) merasa bimbang, dan ragu sehingga akhirnya mereka terkecoh untuk memilih distraktor sebagai jawaban yang betul, sebab mereka mengira yang mereka pilih itu adalah kunci jawaban item, padahal bukan.
Dalam  pembuatan soal pilihan ganda didalamnya banyak menggunakan sebuah pengecoh soal yang membuat para peserta didik terkecoh akan pilihan jawaban yang paling benar untuk menjawab pertanyaan tersebut.  Untuk memfokuskan pada kesalahan siswa secara umum dalam menempatkan pertanyaan dan jawaban pengecoh, merupakn hal yang sering digunakan oleh para guru dalam pembuatan soal pilihan ganda.
B.     Saran
Penulis mengharapkan dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan semoga dapat menambah sumber pengetahuan bagi para mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Agama Jinarakkhita Bandar Lampung dan sebagai bahan kelengkapan perpustakaan. Makalah  ini didalam berisikan tentang bagaimana cara penulisan soal dan  pengecoh yang ada dalam pilihan ganda itu.



Daftar Pustaka